GAGASMEDIA OFFICIAL WEBSITE AND BLOG »

Tuesday, June 15, 2010

SUGAR SUGAR (bagian 5)

Tau Doppelgänger?

Itu lho, hantu yang persis kopianmu. I honestly don’t buy that shit—puhleez, aku nggak se-superstitious itu kaleee—tapi sekarang, aku malah berharap mitos itu beneran ada. It would be nice to help me out of this situation. Si Doppel biar sama Mrs. Black Widow aja, pergi ke party-nya Tante Kwanda. Aku sih OGAH!

Seperti remaja pada umumnya, aku harus memperjuangkan cintaku dong. Apalagi ini Kak Samu. KAK SAMU, my one and only person that has a permanent resident in my heart. Cowok yang bakal jadi ayah anak-anakku kelak. Cowok yang—ah, you know what I mean.

Dan satu lagi alasan aku HARUS sama-sama Kak Samu malem ini: dia dalam situasi rapuh. Meskipun yang mutusin itu Kak Samu, jelas banget kehilangan pacar (yang jujur nggak worthy-worthy amat diperjuangkan) adalah momen paling menyakitkan. Bayangin aja lagu ‘Rapuh’-nya, er, siapa itu… cowok yang suka pake top hat itu? Damn, inilah susahnya kalo nggak terlalu channeling lagu Indo. Makanya, aku nggak pernah minat ikutan acara tebak-tebakan lirik lagu indo macam Happy Song.

….

Oke, tadi kita ngomong apa ya? Oh ya, Kak Samu dan kerapuhannya. Yeah… bottom line is, cowok rapuh dan sedang berduka seperti my future hubby itu nggak boleh berkeliaran di depan umum. Cowok kayak gitu paling gampang digoda, buruknya lagi… gampang luluh sama perhatian dari cewek lain. Uh-oh, that’s not gonna happen. Cewek-cewek di Starbucks itu boleh nyari korban lain malam ini. The boy is mine.

MINE!

Tapi… kembali ke masalah awal, gimana caranya kabur dari tanggung jawab nemenin Mama?

*garuk-garuk kepala, IQ 100 pas ternyata nggak cukup ‘nendang’ buat mikirin hal-hal penting bin urgen kayak gini. Cih!*

*

Time flies fast when you're in HUGE dilemma.

Nggak terasa udah jam makan siang. Setelah membereskan buku-buku dan alat tulis, aku menggandeng tangan Is dan kabur ke VisCaf. Tiba-tiba aja aku mood buat sesuatu yang organik kayak jus orange-mango-nya Fresh!

Pas ngantre, aku cerita aja soal dilema hidup du jour-ku ini ke Is. Seperti dugaanku, Is cuman bisa nyumbang manggut-manggut dan muka simpatik—tapi bukan solusi.

What should I do?” tanyaku dengan ekspresi minta dikasihani yang berlebihan. I know, I know, pertanyaanku ini bodoh banget dan teramat sia-sia. Is is a good friend, jangan salah. Dia punya kemampuan ultrafabulous dalam me-mix and match-kan baju. Soal gosip, ugh lebih gila lagi. Channel-nya nggak kalah hebat sama Sundari/Sundae, si wannabe nggak jelas temennya Mindy. Tapi soal beginian—dan hal-hal penting dalam hidup… kayak mo ngelanjutin ke mana setelah lulus SMU nanti—jelas bukan job desk-nya Departemen Is.
Is diem aja. Membayar jusnya (orange-apple with a hint of mint—in case kamu penasaran) seolah aku ini nggak ada di sebelahnya.

“Menurut gue sih, lo mending sama Kak Samu aja.”

Duh!

I know, rite?” Aku manggut-manggut. “Tapi gimana caranya nih ngeles dari Black Widow?” Selain aku—dan Tuhan—Is-lah satu-satunya orang yang tahu aku kadang-kadang manggil mamaku sendiri dengan sebutan itu. It’s sooo not child of the year material, I know, tapi mengingat mamaku juga nggak kayak ibu di Brady Bunch… ya udahlah ya.

“Lo bisa bilang malem ini harus kerja kelompok ato apa gitu.”

“Sama siapa kerja kelompoknya?” Aku menarik alisku sebelah. “Elo? Boro-boro Black Widow, eike aja nggak percaya KITA study group material.”

Is nyengir malu. “Hehe, iya juga sih. Terus gimana dong?”

“Oke. Kalo lo bukan kandidat belajar kelompok yang meyakinkan, gue harus nyari orang lain. Someone yang punya kualitas nerdy cukup—nggak, nggak. Lebih oke lagi kalo dia anak scholarship yang, hello, kita semua tahu kan kalo nggak gara-gara beasiswa, nggak mungkin kali mampu sekolah di Voltaire.”

GASP!

Kalo aku pinteran dikit, kayak Archimedes, aku pasti dah teriak, ‘EUREKA!’ sejak tadi.

Aku tahu. Cuman satu orang yang terpikir di kepalaku, nge-plop kayak halaman buku cerita anak-anak model pop up. Orang yang aku butuhkan… SI FREAK!

Ehem, tapi sebelum ngemis-ngemis bantuannya, kayaknya penting buat tahu nama dia yang sebenarnya deh.

0 comments: